Medan - Ketua Komisi Pemilihan Mahasiswa (KPM) Kampus Institute Teknlogi Sawit Indonesia (ITSI) Reza Fahlevi Rambe, Apresiasi Pola Berpikir kritis Mahasiswa di kampusnya terkait Pemilihan ketua BEM dan DPM periodesasi yang akan datang. Hal ini dikarenakan pada hari Kamis lalu (21/04) naik flayer - yang mengkritik dirinya dan mempampang fotonya selaku Ketua KPM yang terpasang di beberapa titik seperti Pintu masuk gerbang dan parkiran Kampus ITSI.
Menanggapin hal itu Reza turut bangga dengan pemikiran kawan - kawan di kampusnya “kita boleh berbangga diri hari ini karena mahasiswa ITSI telah berkembang dan mulai mensejajarkan dirinya dengan kampus-kampus besar lainnya dengan mulai aktifnya dinamika organisasi, sudah dari dulu rasanya kita mendambakan dinamika-dinamika seperti ini" Ungkapnya saat di wawancarain di Kampung halamannya.
Reza Fahlevi Rambe yang juga menambahkan "Dahulu kita hanya dipusingkan oleh tugas-tugas perkuliahan dan nilai yang itu dirasa kurang cukup untuk menjadikan ITSI sebagai laboratorium untuk menciptakan orang-orang unggul yang kemudian disiapkan sebagai duta pembaharu dalam masyarakat setelah ia selesai nantinya dan disini saya coba menangkap dan klarifikasi bahwa sistem pemilihan delegasi yang dipermasalahkan oleh kawan-kawan itu masih menjadi pembahasan antara KPM dan kemahasiswaan yang nanti akan di musyawarahkan kembali dalam forum yang di isi setiap ketua kelas, HMJ dan UKM serta KPM dan Kemahasiswaan. Kemudian sistem delegasi ini juga merupakan representatif dari demokrasi itu sendiri dan yang menjadi delegasi itu nantinya adalah perwakilan kelas, UKM dan HMJ yang juga merupakan bagian dari mahasiswa ITSI, jadi apabila didalam point - point tuntutan dalam flayer tentang adanya pencabutan hak mahasiswa dan pelecehan demokrasi itu tidak benar sama sekali, sebab sampai saat ini KPM tidak anti kritik serta siap menampung aspirasi mahasiswa, akan tetapi aspirasi itu tidak dapat di telan mentah-mentah pastinya harus ada peninjauan dan pertimbangan kembali.
Walaupun sedikit kecewa terhadap flayer yang tersebar dan spanduk yang tertebar di beberapa titik yang memaparkan foto saya tanpa sepengetahuan saya pribadi, hal ini sudah melanggar UU ITE dan KUHP. Kita di negara hukum ini memiliki kode etik dalam penyampaian aspirasi. Pengetahuan ini harusnya diketahui setiap mahasiswa dan jangan sampai ini menjadi bumerang kita dan ITSI" Tambahnya
Reza juga berharap nantinya "mungkin yang bisa saya sampaikan kita mulai pembentukan BEM dan DPM ini dengan duduk bersama berkusyawarah dan saya harap ketika ada permasalahan yang kiranya perlu dan harus diangkat kita dapat menyelesaikannya dengan duduk bersama, kita buang ego, mari kedepankan silaturhami" Tutupnya
Berikut 5 point yang diutarakan didalam flayer :
1. Hak mahasiswa telah dicabut
2. Hentikan delegasi laksanakan pemira.
3. Demokrasi telah dilecehkan oleh KPM.
4. KPM jangan ingatkan kami pada orde lama dan orde baru. Kita telah Reformasi dengan demokrasi yang baik.
5. Pengelola tidak perduli dengan kelangsungan organisasi kampus. (AIS)